Conexnews-Kopaska menyimpan banyak kisah-kisah heroik yang dilakukan di Ambalat. Kopaska, Komando Pasukan Katak TNI AL berkali-kali ‘memberi pelajaran’ kepada tentara laut Malaysia di Ambalat.
Ambalat adalah daerah ‘panas’ beberapa tahun silam. Ambalat, yang terletak di laut Sulawesi atau Selat Makassar berada di dekat perpanjangan perbatasan darat antara Sabah, Malaysia dan Kalimantan Timur, Indonesia, menjadi tempat adu fisik kapal perang dua negara.
Gesekan kapal perang Indonesia dengan Malaysia berawal dari gangguan kapal perang negeri jiran terhadap pembangunan tiang pancang mercusuar. Kapal perang Malaysia berulang kali melakukan teror terhadap pekerja Indonesia yag membangun tiang pancang suar di Karang Unarang, Ambalat.
Teror dilakukan dengan bermanuver dengan kecepaan tinggi disekitar lokasi pembangunan. Percikan dan gelombang kapal perang membuat para pekerja Indonesia kesulitan meneruskan pekerjaannya. Lagi pula, para pekerja berada di gugus karang yang terasa hempasan gelombang ombaknya.
Hari itu, Jumat 1 April 2005 pukul 06.00 WITA, dua kapal Malaysia lego jangkar di sekitar tempat pembangunan mercusuar Karang Unarang. Jaraknya cukup dekat, hanya sekitar 500 yards dari tongkang Lius Indah tempat para pekerja mercusuar mempersiapkan peralatan. Tongkang itu menjadi lokasi strategis, sehingga dikawal tim Kopaska.
Kapal TNI AL segera bereaksi. Pukul 07.00 WITA, KRI Tedong Naga-819 berupaya menghalau dua kapal Malaysia itu agar menjauhi pembagunan mercusuar. Akan tetapi tidak berhasil. Kedua kapal bergeming, tetap lego jangkar di tempatnya.
Komandan KRI Tedong Naga-898, yang saat itu dijabat Kapten (P) Nurlan tak habis akal. Ia memutuskan mengusir dua kapal Malaysia itu dengan cara lain.
Kapten Nurlan meminta prajurit Kopaska di tongkang Lius Indah beraksi. Prajurit Kopaska yang siaga disana, Serka Ismail, menyatakan siap mengusir kapal Malaysia yang sedang lego jangkar itu. Ia segera melapor ke Komandan Tim Kopaska, Lettu Laut (E) Berny untuk merencanakan aksi.
Lettu Laut (E) Berny menyetujui rencana aksi. Ia memerintahkan, tidak ada senjata api yang dibawa dan tak ada letusan peluru. Beberapa anggota Kopaska segera bersiap melaksanakan tugas.
“Pergi atau Jangkar Kapal Saya Putuskan!”
Tepat pukul 08.00 WITA, Serka Ismail, Serda Muhadi, dan Kelasi Satu Yuli menggunakan perahu karet bergerak ke arah kapal Malaysia. Perahu karet melakukan gerakan pengelabuhan, bermanuver zig-zag di haluan kapal untuk menggangu konsentrasi anak buah kapal Malaysia.
Dalam kecepatan tinggi, Serda Muhadi yang mengendarai perahu karet bermanuver dari lambung kiri ke buritan kapal. Secara mendadak, perahu lantas berbalik arah, menuju haluan melewati lambung kanan kapal.
Saat konsentrasi anak buah kapal Malaysia tertuju pada gerakan perahu karet, Serka Ismail menyusup masuk ke kapal Malaysia dengan cara cash recovery. Pada saat berada di tangga kapal, Serka Ismail melakukan aksi berbahaya, melompat ke kapal dari perahu karet. Perahu karet Kopaska lalu meluncur ke haluan kapal.
Tak satupun anak buah kapal Malaysia menyadari kedatangan Serka Ismail di geladak. Prajurit Kopaska itu mendobrak pintu kapal. Satu anak buah kapal Malaysia keluar mendengar suara keras pintu didorak.
Serka Ismail membentak, menanyakan ruang komandan kapal. Komandan kapal Malaysia keluar ruangan setelah mendengar suara bentakan.
“Daerah ini wilayah saya. Setelah saya turun, segera pergi dari sini. Kalau tidak, jangkar kapal saya putuskan!” kata Serka Ismail.
Serka Ismail kembali ke perahu karet Kopaska yang mendekat di haluan. Mereka bergerak mendekati kapal kedua Malaysia. Namun, kapal kedua sudah mengantisipasi aksi pendadakan pasukan katak Indonesia. Para awak kapalnya bersiaga, mengadakan penjagaan di lambung kanan, kiri dan buritan kapal.
Prajurit Kopaska kesulitan untuk menaiki kapal kedua. Aksi boarding tidak bisa dilaksanakan seperti sebelumnya.
Tak kurang akal, perahu karet dirapatkan ke rantai kapal. Serka Ismail berteriak, mengancam memotong rantai jangkar bila kapal tidak segera meninggalkan tempat itu.
Aksi pendadakan para prajurit Kopaska berhasil membuat jeri para awak kapal Malaysia. Tak lama kemudian, mereka mengangkat jangkar, lalu bergerak pergi meninggalkan perairan Karang Unarang.
Prajurit Kopaska TNI AL mengawasi gerak kedua kapal. Setelah memastikan kedua kapal Malaysia pergi menjauh, mereka kembali ke pos komando di tongkang Lius Indah.
Pada kesempatan lain, prajurit Kopaska di tongkang Lius Indah bersama para pekerja melempari kapal-kapal Malaysia yang selalu menggangu pembangunan mercusuar. Kapal Malaysia itu dilempar batu, dan telak mengena karena kapal itu melintas sangat dekat. Hanya lima sampai sepuluh meter dari tongkang.
Bukan hanya aksi fisik tanpa senjata yang dilakukan prajurit TNI AL. ‘Perang radio’ terjadi antar kapal perang, seperti yang dilakukan KRI Hiu-804 yang saat itu dikomandani Letkol Laut (P) A. Simatupang dengan beberapa kapal perang Malaysia.
Dalam perang radio, dua pihak saling menyiarkan kata-kata menekan, perang urat syaraf dan propaganda. Tak jarang, perang radio berlanjut dengan manuver kejar-kejaran antar kapal dalam kecepatan tinggi di laut (rls miltary Information).
Kamis, 11 Februari 2021
New